Thursday, April 25, 2013

"Pendidikan anak yang paling rendah adalah dengan memberi hadiah"

Teringat waktu kecil selalu ada hadiah menarik dari orang tuaku jika nilai raportku baik. Semangat untuk mendapatkan hadiah memacu aku untuk belajar lebih giat lagi. Ranking tiga besar sudah menjadi keharusan jika terima raport.

Ternyata mendidik anak dengan memberi hadiah merupakan strategi yang jitu pada waktu masih kecil. Tetapi seiring berjalanannya waktu, mungkin ranking tiga besar sudah bukan lagi hal yang istimewa. Bukan karena sering mendapat ranking tiga besar, tetapi sudah tidak tertarik dengan hadiah.

Pernah aku membaca sebuah artikel yang bunyinya kurang lebih seperti ini:
"Pendidikan anak yang paling rendah adalah dengan memberi hadiah"
Pertama kali membaca statement seperti itu, rasanya agak tidak sependapat. Karena dari pengalamanku yang selalu diberi hadiah adalah cara yang paling tepat mendidik anak.

Tapi kalau dipikir lebih dalam, hadiah itu sepeti candu.Ketika seseorang dijanjikan sebuah hadiah untuk suatu pekerjaan, maka orang itu akan berusaha keras untuk mendapatkan hadiah tersebut. Hal ini tak beda dengan seorang manager yang dijanjikan sebuah bonus jika manager tsb dapat mencapai profit yang sudah ditetentukan. Karena tujuannya adalah hadiah, maka berbagai cara dapat dilakukan. Tidak peduli cara itu baik atau curang, asalkan hadiah bisa didapatkan.

Psikologis anak yang sudah teracuni iming-iming hadiah bisa berdampak ketika sudah dewasa nantinya. Pertama, jika tidak ada hadiah, kita tidak akan bekerja dengan maksimal. Kedua, untuk mendapatkan hadiah kita menghalalkan segala cara. Akhirnya sudah kutemukan jawaban atas pernyataan tadi.

No comments:

Post a Comment